Aqidah
Dasar-Dasar
Agama
Islam
Agama Islam adalah agama
yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan Islam Allah mengakhiri serta
menyempurnakan agama-agama lain untuk para hamba-Nya. Dengan Islam pula, Allah
menyempurnakan kenikmatan-Nya dan meridhai Islam sebagai dien-Nya. Oleh karena
itu tidak ada lain yang patut diterima, selain Islam.
Allah berfirman, yang artinya:
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi…” (Al Ahzab 19)
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (Al Maidah 3)
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Al Imran 19)
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Al Imran 85)
Allah telah mewajibkan seluruh umat manusia agar memeluk agama Islam karena Allah. Hal ini sebagaimana telah difirmankan-Nya kepada Rasul-Nya:
“Katakanlah: Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.” (Al A’raf 158)
Dari Abu Hurairah dikatakan bahwa Rasulullah bersabda:
وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لاَ يَسْمَعُ بِيْ أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ يَهُوْدِيٌّ أَوْ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوْتُ وَلَمْ
يُؤْمِنْ بِالَّذِيْ أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ.
“Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak seorang pun dari umat ini, Yahudi maupun Nasrani, yang mendengar tentang aku, kemudian mati tidak mengimani sesuatu yang aku diutus karenanya kecuali dia termasuk penghuni Neraka.” (HR. Muslim)
Mengimani Nabi SAW artinya, membenarkan dengan penuh penerimaan dan kepatuhan terhadap segala yang dibawanya, bukan hanya membenarkan semata. Oleh karena itulah Abu Thalib (paman Nabi) dikatakan bukan orang yang mengimani Nabi, walaupun ia membenarkan apa yang dibawa oleh keponakannya itu dan dia juga mengakui bahwa Islam adalah agama terbaik.
Agama Islam mencakup seluruh kemaslahatan yang dikandung oleh agama-agama terdahulu. Islam mempunyai keistimewaan, yaitu relevan untuk setiap masa, tempat, dan umat.
Allah berfirman kepada Rasul-Nya:
“Dan Kami telah turunkan
kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya,
yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap
kitab-kitab yang lain itu…” (Al Maidah 48)
Islam dikatakan relevan untuk setiap masa, tempat dan umat, maksudnya adalah bahwa berpegang teguh pada Islam tidak akan menghilangkan kemaslahatan umat di setiap waktu dan tempat. Bahkan dengan Islam, umat akan menjadi baik. Tetapi bukan berarti Islam tunduk pada waktu, tempat dan umat, seperti yang dikehendaki sebagian orang.
Agama Islam adalah agama yang benar. Allah menjamin kemenangan kepada orang yang memegangnya dengan baik. Hal ini dikatakan-Nya dalam firman-Nya, yang artinya:
“Dialah yang telah
mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar
untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukai.” (At Taubah 33)
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amalan-amalan yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji itu), maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An Nuur 55)
Agama Islam merupakan aqidah dan syariat. Islam adalah agama yang sempurna dalam aqidah dan syariat, karena:
1 1. Memerintahkan bertauhid dan melarang syirik.
2 2. Memerintahkan bersikap jujur dan melarang berbuat
bohong/dusta.
3 3. Memerintahkan berbuat adil dan melarang perbuatan
lalim.
Catatan:
Adil artinya menyamakan yang sama dan membedakan yang berbeda, bukan persamaan secara mutlak seperti yang dikatakan sebagian orang yang mengatakan bahwa Islam adalah agama persamaan yang mutlak. Menyamakan hal-hal yang berbeda merupakan kelaliman yang tidak dianjurkan oleh Islam, dan pelakunya pun tidak terpuji.
4.
Memerintahkan
untuk bersikap amanat dan melarang khianat.
5.
Memerintahkan
untuk menepati janji dan melarang ingkar janji.
6.
Memerintahkan
berbakti kepada ibu-bapak serta melarang menyakitinya.
7.
Memerintahkan
bersilaturahmi/menyambung hubungan dengan kerabat dekat, serta melarang
memutuskannya.
8.
Memerintahkan
berbuat baik dengan tetangga melarang berbuat jahat kepada mereka.
Secara umum Islam memerintahkan agar bermoral baik dan melarang bermoral buruk. Islam juga memerintahkan setiap perbuatan baik, dan melarang perbuatan yang buruk.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah
menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (An Nahl
90)
RUKUN ISLAM
Islam didirikan atas lima
dasar, sebagaimana yang tersebut dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Ibnu Umar:
بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ؛
شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
وَإِقَامِ الصَّلاَةِ
وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَصِيَامِ رَمَضَانَ وَالْحَجِّ.
وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَصِيَامِ رَمَضَانَ وَالْحَجِّ.
“Islam didirikan atas lima dasar, yakni: (1) Bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya; (2) mendirikan shalat; (3) mengeluarkan zakat; (4) puasa Ramadhan; dan (5) beribadah haji.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
1. Kesaksian tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah hamba serta rasul-Nya merupakan keyakinan yang mantap, yang diekspresikan dengan lisan. Dengan kemantapannya itu seakanakan dapat menyaksikan-Nya.
Syahadah (kesaksian)
merupakan satu rukun padahal yang disaksikan itu ada dua hal, ini dikarenakan
Rasul n adalah mubaligh (penyampai) sesuatu dari Allah. Jadi, kesaksian bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan Allah merupakan kesempurnaan kesaksian: “Tiada
Tuhan yang berhak disembah selain Allah.”
Atau, karena kesaksian (syahadatain) itu merupakan dasar sah dan diterimanya semua amal. Amal tidak sah dan tidak akan diterima bila tidak dilakukan dengan keikhlasan terhadap Allah dan dengan tidak mengikuti manhaj Rasul-Nya n. Ikhlas kepada Allah terealisasi pada kesaksian “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah.” Mengikuti Rasulullah terealisasi pada kesaksian “bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.”
Buah syahadat (kesaksian) yang terbesar ialah membebaskan hati dan jiwa dari penghambaan terhadap makhluk serta tidak mengikuti selain para rasul-Nya.
2. Mendirikan shalat artinya menyembah Allah dengan mengerjakan shalat secara istiqamah serta sempurna, baik waktu maupun caranya.
Salah satu buah atau hikmah shalat adalah mendapat kelapangan dada, ketenangan hati, dan menjauhkan diri dari perbuatan keji dan mungkar.
4. Mengeluarkan zakat artinya, menyembah Allah dengan
menyerahkan kadar yang wajib dari harta-harta yang harus dikeluarkan zakatnya.
Salah satu buah atau hikmah mengeluarkan zakat adalah membersihkan jiwa dan
moral yang buruk, yaitu kekikiran serta dapat menutupi kebutuhan Islam dan umat
Islam.
5. Puasa Ramadhan artinya menyembah Allah dengan cara
meninggalkan hal-hal yang dapat membatalkannya di siang hari di bulan Ramadhan.
Salah satu hikmahnya ialah melatih jiwa untuk meninggalkan hal-hal yang disukai
karena mencari ridha Allah.
6. Naik haji ke
Baitullah (rumah Allah), artinya menyembah Allah dengan menuju ke Al Baitul
Haram (rumah suci) untuk mengerjakan syiar atau manasik haji.
Salah satu hikmahnya
adalah melatih jiwa untuk mengerahkan segala kemampuan harta dan jiwa agar
tetap taat kepada Allah. Oleh karena itu haji merupakan salah satu macam jihad
fi sabilillah.
Hikmah-hikmah rukun Islam, baik yang sudah kami sebutkan maupun yang belum kami sebutkan akan dapat menjadikan umat sebagai umat yang suci, bersih, beragama yang benar, dan memperlakukan manusia dengan penuh keadilan serta kejujuran. Kebaikan syariat-syariat Islam yang lain tergantung pada kebaikan dasar-dasar ini. Kebaikan umat pun tergantung pada kebaikan agamanya, dan hilangnya kebaikan tingkah laku umat pun akan tergantung pada kadar hilangnya kebaikan agamanya.
Hikmah-hikmah rukun Islam, baik yang sudah kami sebutkan maupun yang belum kami sebutkan akan dapat menjadikan umat sebagai umat yang suci, bersih, beragama yang benar, dan memperlakukan manusia dengan penuh keadilan serta kejujuran. Kebaikan syariat-syariat Islam yang lain tergantung pada kebaikan dasar-dasar ini. Kebaikan umat pun tergantung pada kebaikan agamanya, dan hilangnya kebaikan tingkah laku umat pun akan tergantung pada kadar hilangnya kebaikan agamanya.
Bagi yang ingin mengetahui penjelasan hal ini, silakan menyimak firman Allah, yang artinya:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah, kecuali orang-orang yang merugi.” (Al A’raf 96-99)
0 komentar:
Posting Komentar